Kamis, 27 Februari 2014

Don't Judge The Price. .

Post pertama di blog yang isinya cuma curhatan doang. Mulai dari curhat soal graphic design, terus servisan komputer, lalu pesanan-pesanan yang aneh-aneh. Sampe kehidupan pribadi si penulis bakalan masuk sini nih nantinya. Nanti tapi, bukan sekarang. Nanti juga berarti besok-besok hari men.




Oke, post pertama adalah membahas soal vector, WPAP, dan sebangsanya yang sering dibilang mahal oleh kebanyakan orang. Ada juga yang malah bilang "apa itu WPAP? cuma bikin gambar sketsa wajah orang pake warna warni gini aja mahalnya minta ampun? "oke, kita tampung dulu komentar itu. lihat juga komentar orang-orang yang berkomentar pada jasa bikin vector atau kartun. Masyarakat mulai menerima bahwa membuat vector itu emang segitu harganya. sekitar lima puluh ribu ke atas. Namun, ketika mereka memesan dalam bentuk print-out, entah itu poster, kaos, atau apapun. Mereka mulai keberatan dengan harga yang diberikan. Jika bikin vectornya saja sudah mencakup harga sekitar seratus dua puluh ribu, lalu meminta print out dalam bentuk kaos harus menambahkan dana sekitar sembilan puluh lima ribu, mereka pasti keberatan dengan harga yang diberikan. Namun,kita coba menilik harga-harga jasa sejenisnya di situs-situs luar negeri. Mereka paling tidak memberi harga sekitar $100 sampai dengan $5000. Asumsikan $1 itu Rp. 10.000,- lalu kalikan harga terendah saja. Bukankah itu sudah sampai Rp. 1.000.000,-? Lalu kenapa bisa sampai semahal itu? Berikut beberapa penjelasan (menurut saya) dan faktor-faktornya.

*pause beberapa menit, tak tinggal maring warung tuku kopi lan udud. . .

Pertama, soal ilmu yang dimiliki seorang desainer grafis. Mereka memiliki ilmu yang harganya mahal. Coba bayangin, mereka sekolah bertahun-tahun dari SD, SMP, SMA, sampe kuliah. Ngabisin biaya berjuta-juta buat bayar sekolah dan kuliah. Orang tua mereka bekerja mati-matian untuk menyekolahkan. Wajar kan kalau ketika mereka selesai, mereka mencoba membuka usaha untuk mencari balik modal. Mereka mencoba untuk membantu orang tua yang dulu mungkin saja hutangnya gembel akibat menyekolahkan anak-anak mereka. Walaupun orang tua tidak memiliki hutang, namun tetap saja para desainer grafis ini memiliki rasa malu ketika mereka menghadapi orang-orang yang membiayai hidup mereka. membiayai sekolah mereka. Ketika mencari pekerjaan adalah sebuah solusi mainstream yang sulit, para desainer grafis mulai menggunakan kemampuan mereka untuk mencari pendapatan melalui ilmu mereka. jadi jangan salah, desainer grafis juga memiliki ilmu yang harganya mahal.

Kedua, tingkat kesulitan dalam pembuatan vector, WPAP, smudging, sampe berbagai macam hasil-hasil karya desainer grafis ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Mereka butuh waktu untuk mempelajari bagaimana mengejar kemiripan wajah pada foto dengan vector yang mereka buat. Mencari titik, bidang dan kurva yang memberikan karakter pada karyanya. Karya yang akan membuat pelanggannya merasa puas dengan hasil kerjanya. Butuh waktu lama untuk mengubah sebuah foto menjadi vector. Apalagi ketika foto yang diberikan memiliki resolusi yang begitu kecil. Yang membuat seorang digital artist harus bekerja lebih keras untuk mencapai hasil yang diinginkan. Belum lagi ketika hasil kerja mereka harus direvisi oleh para pelanggannya. Direvisi dosen aja udah susah men, apalagi direvisi sama pelanggan.

*sek, mboyok. Bikin kopi dulu. . . .

Ketiga, waktu pengerjaan. Dalam pembuatan digital art, sampe desain-desain yang rumit, membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Seorang yang mahir sekalipun, yang memiliki desain mumpuni dalam karyanya, membutuhkan waktu sekitar lima sampai delapan jam untuk menyelesaikan karyanya. Itu pun mungkin hanya sekedar mengubah foto wajah menjadi vector, smudging, WPAP atau pun karikatur. Apalagi jika mereka membuat karakter-karakter yang mengharuskan mereka untuk menggambar manual. Berapa lama lagi kira-kira mereka harus bekerja?!

Keempat, profit atau keuntungan. Seorang desainer grafis yang diminta pelanggannya untuk membuat logo, maskot, brosur, dan berbagai macam advertising perusahaan orang lain, memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia tentang desain mereka. sekaligus, membantu mereka yang memiliki usaha agar usahanya lebih maju dan lebih laku. Bayangkan, sebuah logo sederhana yang muncul di kedai makanan. Karena pelayanan yang ramah, sajian makanan yang lezat, dan tempat usaha yang bersih dan higienis, membuat kedai makanan itu laris manis. Apalagi ketika mereka menambahkan nama beserta logo pada usahanya. Orang yang pernah berkunjung ke kedai tersebut dan melihat logo yang digunakan akan dengan mudah mengenali kedai makanan yang menggunakan logo tersebut di jalanan tanpa harus ada teks atau nama yang menjelaskan. Mereka akan mengingat dengan lebih cepat apa yang pernah masuk ke mulut mereka. rasa nikmat yang pernah menyentuh lidah mereka akan diingatkan kembali begitu mereka melihat logo tersebut. Meskipun HANYA SEKILAS. Itu baru logonya saja, belum brosur, pamflet, banner, dan sebagainya. Semua ini berkat peran serta kreativitas seorang desain grafis.

Tentu saja dalam pembuatannya, semua advertising tadi melalui proses yang panjang. Ketika seorang desainer grafis diminta membuat logo, awalnya mereka hanya dibekali dengan konsep dari pelanggan. Berikut dengan detail usaha dan keinginan pelanggan. Selanjutnya, desainer grafis harus berfikir sendiri bagaimana mengembangkan konsep bisnis menjadi sebuah visual appereance yang tertanam di hati konsumen. Mending kalau dari awalnya sudah ada desain logo sebelumnya. Pelanggan hanya ingin upgrade logonya. Kalau cuma konsep doang? ha edyan wae!!

*srutup kopi dulu, sumet udud dulu…

Keenam, kreatifitas. Yang ini memang mahal harganya. Kreativitias kalau cuma dihargai seratus ribu itu sudah sangat murah. Bayangkan, ketika hasrat mendesain muncul, namun saat itu juga kita lack of creativity, kita sebagai desainer grafis pastilah merasa bingung apa yang mau didesain. Bahkan ketika konsep sebuah aliran seni seperti WPAP dan smudge sudah marak sekalipun, digital artist atau desainer grafis tentulah masih membutuhkan kreatifitas. Bayangkan, foto yang beresolusi kecil dengan intensitas kegelapan yang begitu dalam, bukankah objek seperti ini membutuhkan lebih banyak perhatian? Kreativitas tentu saja sangat dituntut saat mengerjakan objek foto yang seperti ini. Semisal posisi objek dalam keadaan miring, lalu pada salah satu bagian tubuh objek ini tertutup oleh bayangan atau bisa dibilang intensitas cahaya kurang, bukankah kita juga yang harus berfikir untuk sekreatif mungkin untuk mengejar kemiripan objek? Inilah kenapa harga karya kita ga bisa hanya dihargai sepuluh-dua puluh ribu saja. Orang instal ulang komputer aja minimal 40 ribu.

Ketujuh, kenangan. Nah,yang ini adalah hal paling mahal kedua setelah kreativitas. Kenapa? Karena kenangan itu hanya bisa terjadi sekali dalam hidupmu, hidupku, dan hidup para konsumen-konsumen di LUAR SANAAAH!!! *rodo semangat sithik. Seorang pelanggan meminta untuk dibuatkan vector wajah bagi dia dan pasangannya. Saat ini mereka masih muda belia. Masih cantik dan rupawan. Mereka mencoba mengabadikan momen muda mereka berfoto bersama menjadi sebuah karya lukisan yang beda. Karya untuk hadiah anniversary jadian mereka atau anniversary pernikahan mereka. lalu lima puluh tahun dari sekarang, ketika mereka tak lagi muda. Tak lagi enak dipandang mata. Keriput mulai muncul dijidat, pipi, mata dan kantung mata yang semakin membengkak *sudah sudah. Ga usah pake spesifikasi kondisi penuaan segala*  kemudian mereka melihat kembali vector wajah hadiah anniversary lima puluh tahun lalu. Mengingatkan akan masa muda mereka dulu. Ketika mereka masih cantik dan rupawan. Ketika itu pula, *ehem, sruput kopi lagi* mereka ingat akan kenangan masa muda mereka. ketika mereka masih labil dan suka marahan. Ketika salah satu pihak harus memberi bunga mawar hanya untuk meredam marahnya pasangan. Kenangan itulah yang mahal harganya ketika mereka tua nanti. Ketika mereka tersenyum melihat masa muda mereka abadikan dalam bentuk foto, smudge, vector, WPAP, atau apalah. Hadiah dari pasangan yang tidak akan pernah terlupakan. Yang akan terus melekat bagaikan koreng di kaki *eee…abaikan kalimat ini*  Virus yang terus menerus berulang di ingatan mereka. memori jangka panjang yang akan selalu diingat baik-baik oleh setiap manusia. Semua itu, adalah tidak terbilang dalam nominal angka.

Sepertinya hanya sampai di sini saja tulisan saya soal vector dan lain-lainnya yang sering dibilang mahal di kalangan masyarakat umum. Jika ada tambahan dari teman-teman, atau punya pendapat sendiri, tambahkan di kolom komentar ya. Silakan bagikan kepada rekan-rekan yang lain, share ke semua orang agar lebih memasyarakatkan apa itu jasa digital art. Apa itu jasa desain grafis. Selanjutnya terserah kawan-kawan. Silakan ditambahkan jika ada yang punya pendapat. Silakan dikoreksi jika ada kesalahan dalam pendapat saya. Tapi maaf, tidak menerima komentar SARA dan SARU!! Sudah ah, aku punya kencan sama segelas kopi dan sebungkus rokok untuk aku habisi.

2 komentar: